Senin, 03 September 2018

Seng Hong



Purnama 1 Sept 2018, duduk didepan meja saya seorang lelaki tua yang rasanya saya kenal, tapi saya lupa siapa dan dimana?,..saya berusaha keras mengingatnya. Saya melihat cara minum kopinya, kopi yang digelas dia tumpahkan ke pisin tatakan kopi, lalu diseruput pelan2. Saya perhatikan terus orang itu....aaaakh akhirnya saya ingat, dia salah seorang pemilik taman bacaan Seng Hong di Pagarsih, dekat bioskop Taman Senang dulu. Seng Hong itu nama adik kakak Aseng dan Ahong, saya lupa yang ini Aseng atau Ahong?.
Biasa saya sok akrab berdiri menyapanya basa basi, saya hampiri " ko, masih buka taman bacaan di Pagarsih?, (Pdhl saya tahu sudah lama tutup#]". Kelihatannya dia agak kaget ditanya itu, kemudian dia menjawab sudah lama tutup sejak awal tahun 90an.
Lalu saya bertanya "si engko teh ko. Aseng atau ko. Ahong?", dia menjawab bahwa dia Aseng, sesudah itu dia cerita juga kalau Ahong adiknya sudah meninggal. Kemudian kita ngobrol banyak tentang taman bacaan yang sekarang sudah hampir punah, ko. Aseng sekarang berumur 66 tahun, buka taman bacaan tahun 1974 ketika dia masih SMA, karena sepi dan banyak yang ngutang akhirnya taman bacaannya ditutup, dan beralih profesi menjadi tukang servis TV.
Saya juga cerita kalau dulu saya langganan buku2 silat dan komik2nya Seng Hong, saya sering baca buku Kho Ping Ho, saya hapal betul tokoh seperti Bu kek Siansu yang ceritanya berjilid2 kayak sinetron "Tersanjung" . Saya juga tahu intrik2 dunia Kang Ouw, seperti Hoa San pay, Kun Lun pay, Bu tong pay, Go bi pay, Siaw Lim pay, Kai pang dll. Juga saya pembaca komik Jaka Tuak, si Mata Setan, Godam, Gundala dan juga suka komik Petruk Gareng. Ko.Aseng hanya tersenyum.
Duh...waktu begitu cepat berlalu ko.Aseng, sekarang komik2 itu sudah jadi barang langka dan mahal. Saya lihat waktu itu ko.Aseng begitu semangat melayani anggota taman bacaan, walaupun saya suka kesal karena kalau ada komik baru ko.Aseng suka bilang "can terbit !", Lalu saya suka jawab " can terbit naon na ko ?, di ci Sasa komik eta geus bulukan !!". Dan Ko. Aseng tertawa mendengar cerita saya itu.
Hari sudah mulai gelap akhirnya ko. Aseng pamit pulang, entah senang atau tidak dia ditemani saya ngopi, sambil saya traktir kopinya. Ko.Aseng pulang dengan langkah kaki yang terlihat mulai lambat, bagi saya kenangan dengan orang ini merupakan kenangan jaman komik yang tak pernah bisa kembali lagi.
Dan spt biasa, untuk mengenang cerita2 silat Tiongkok ala Kho ping Ho, saya suka mendengar lagu Teng Lie Chin, berjudul "Ni Ce Mo Suo" yang dinyanyikan tahun 1980, lagu merdu nan syahdu ini enak didengar, dan........ saya selalu suka Teng.(kup/1/9/18/prnma/bdg)

Teng

Cantik menawan, terkenal, dan kaya, Itulah Teng Lie Chin atau yg lebih terkenal dgn sebutan Teressa Teng. Mungkin generasi saya ke a...