Kamis, 12 September 2024

“The Godfather of Broken Heart



Saya bukan penggemar Didi kempot, bahkan lagu2 beliau tidak satupun yg saya tahu.
Tapi rasa penasaran saya timbul saat konser amal untuk membantu penanganan Covid19 bulan April 2020. Rencana 3 jam konser terkumpul sudah dana 5.3 milar, Rossiana Silalahi memperpanjang 1 jam lagi bagi yang akan menyumbang. Kemudian terkumpul uang 7.6 Miliar selama 4 jam konser tsb.
Lalu Rossi bertanya pada Didi Kempot ” Mas Didi bagaimana dengan uang hasil konser ini ?”. Lord Didi menjawab “ Lha terserah kompas TV mau disalurkan kemana, pokoke saya sudah nyanyi dan ndak akan ambil sepeserpun”.
3 Minggu setelah konser tsb Didi kempot meninggal, menyisakan kenangan bagi 33.850 keluarga yg terkena dampak Covid 19 dibantu lewat konser amal tsb.
Saya rasa orang ini hebat sekali, penampilannya sederhana tdk ada kesan Glamour sebagaimana artis artis pada umumnya. Tapi dgn wajah yg biasa2 jauh dari kesan sombong dia mampu menghipnotis ratusan ribu orang utk berjoget tanpa rasa risih.
Pantas dia dipanggil Lord Didi oleh para penggemarnya.
Suatu hari saya pernah touring lewat jalur Pantura, dari kota Cirebon sampai Semarang sepanjang jalan yg saya lalui ditiap warung Tegal , di tukang tambal ban, perhentian bus dll, yg terdengar hanya lagu campur sari nya Didi Kempot.
Maka tak heran orang memanggilnya Lord Didi ditambah lagi julukannya yg keren "The Godfather of Broken Heart" eemmh Kurang apalagi ? ( KUP 11/5/20/dirumahaja#)

Purnama

 


Tak terasa sudah hampir 8 bulan saya tidak mampir ke kopi Purnama, biasanya tiap sore saya mampir ditempat ini.
Selama PSBB karena Covid 19, kopi Purnama ini tutup hampir 8 bulan, ada rasa rindu setelah lama tidak mencicipi kopi favorit saya disini, rindu suasana tempo dulu dgn lagu2 sweet memories yang familiar ditelinga saya.
Ada lagu yang saya suka selalu melantun disini, lagu ini dulu pernah hits di Amerika dan Eropa thn 1976, dan orang tidak tahu kalau penyanyinya kelahiran Bandung dan Cimahi.
Lagu itu adalah "Story Book Children" yg dinyanyikan Sandra dan Andre's. Sandra lahir thn 1950 di Bandung, sedangkan Andres lahir di Cimahi thn1946.
Mereka hijrah ke Belanda Mengikuti orang tua mereka dan menjadi penyanyi duet yang terkenal di Eropa.
Lagu "Story book children" sendiri diciptakan oleh org Indonesia/ Minahasa bernama Marshal Manengkei yg meninggal di Jakarta tahun 2012, selain itu Manengkei menciptakan lagu terkenal yg di akui sebagai lagu wajib di PBB yakni "Song for Children", dan juga lagu "my love" yang terkenal dinyanyikan Andy William.
Lagu Story book Children, mengisahkan orang yg merindukan kembali masa kanak2, dimana mereka dapat berlari bermain hujan, bergandengan tangan melintasi padang rumput, dan tidak pernah berpikir untuk merencanakan hari esok.
Tapi itu hanyalah khayalan, waktu berlalu mau tidak mau harus dilewati, kehidupan itu bukan di medsos, tapi dari kenyataan sehari-hari.
(kup/ir1/purnama/3/10/20)


 Ang Tie Seng

Saya senang ngobrol dengan orang-orang yang sudah lanjut usia, saya senang bisa berbagi pengalaman dengan mereka. Satu persatu pengalaman mereka itu saya simpan, kemudian saya membagikannya lewat tulisan di medsos. Saya bisa tahu dan mengerti sejarah kehidupan jaman dulu tentunya, khususnya kehidupan di kota Bandung.
Kemarin di Purnama saya ngobrol dengan Ko.Kian Leng yang berumur 78thn, sudah sangat sering bertemu di Purnama dan baru kali ini bisa ngobrol panjang lebar, itupun karena saya mendengar koleganya yang bernama Ko.Ke Seng terkena covid19.
Setelah basa basi agak lama Ko.Kian Leng bercerita, "dulu di Bandung ada seorang jawara Tionghoa yang bernama Ang Tie Seng, yang sangat di segani oleh orang pribumi". Itu mungkin sekitar tahun 1950, Ang Tie Seng cukup disegani di kota Bandung ini, dan ko. Kian Leng ini adalah anak buah dari Ang Tie Seng.
Daerah2 seperti Pasar Baroe sampai jl.Kelenteng yang disebut Pecinannya Bandung waktu itu aman dengan adanya Ang Tie Seng ini. Pernah suatu kali Tie Seng dicari aparat PGT/AURI karena terlibat keributan di daerah Jl.Suniaradja. Ang Tie Seng kabur berlari sampai ke arah jl. Naripan, dan disana konon Tie Seng diberondong tembakan senjata api saat merayap di atas genteng, namun tidak satupun peluru menembus badannya. Akhirnya setelah beberapa hari Ang Tie Seng dapat ditangkap dan di bui dipenjara Bantjeuy, sehingga saat itu namanya menjadi bahan pembicaraan masyarakat.
Hingga akhirnya pecah G30s/PKI, Geng-geng mafiaTionghoa di Bandung akhirnya lenyap tidak terisisa.
Saya mengenal anaknya Ang Tie Seng yang
sekarang sudah jadi pendeta di Karawang, yaitu Pdt. Timotius Anggawiyana Saya jadi ingin tahu dari anaknya langsung perihal bapaknya yg tersohor itu, tapi Pdt.Timotius juga sdh lanjut usia jarang datang ke Bandung lagi.
Dan..ko Kian Leng masih bersemangat ngobrol ketika anaknya datang membunyikan klakson mobil menjemputnya. sambil berjalan pulang ko.Kian Leng berbicara "kalau kamu senang sejarah Tionghwa Bandung, lain kali saya akan cerita tentang Phoa An Tui, tentang Sing Ming Hui, dan Ong Kang Hui, tentang Sam Kao, Hong Hap Hui, Hong Gie Sun dan lain2nya" Kemudian saya menjawab 'Siap Boss, saya siap mendengarkan" sambil menghabiskan kopi pahit yang kali ini terasa manis, tak lama kemudian meluncur lagu dari Kelly Chen berjudul "Ci She Pen" yg indah itu.(kup/ir1/10/2/21/permata/purnama)

Red River Valley



Sore yang mendung di warung kopi purnama, terdengar lagu lama yang berjudul " Red River Valley".
Lagu itu merupakan soundtrack film Tombstone, film ber genre Cowboy, dan jarang sekali diproduksi Hollywood.
Dulu ada film Cowboy yg saya suka, berjudul Silverado 1982, The Purgatory 1996, Palerider 1986, Tombstone 1991, The Unforgiven 1988, Biasanya film-film cowboy itu bercerita tentang kejadian-kejadian nyata di akhir abad 19, dimana Amerika mengalami perang saudara.
Tokohnya seperti Billy the kids, Will Bill Hitckock, Jesse James, Wyat Earp, atau Doc Holiday adalah tokoh yang pernah hidup disaat itu.
Saya senang dengan film koboy karena banyak menyisipkan pesan2 moral yg dalam, yang sampai saat ini masih sering saya ingat adalah obrolan Doc Holiday kepada Wyat Earp sebelum meninggal "Hidup itu tidak ada yg normal Earp, yg ada hanya hidup saja". Atau perkataan Jesse James kepada Duches Cristie "Orang yg selalu tampak bahagia terkadang yang paling tahu cara menyembunyikan duka".
BTW....Sore hari tadi saya ditanya seorang sahabat "Bagaimana dengan prediksi tahun 2021?", sebenarnya saya ragu menjawab antara optimis dan pesimis, tetapi saya katakan "memang semuanya serba sulit, tapi pasti selalu ada harapan."
Saya percaya kalau selama ini saya hidup itu karena Anugerah Tuhan semata, dan saya yakin juga kalau tahun depan Tuhan tetap menyertai kita menghadapi hari2 yg sulit ini.
Spt lagu "Red river valley" ini, kasih Tuhan mengalir dalam hidup ini, spt sungai yang tak pernah kering..(kup/ir1/purnama30122020)


 Jopankar

Dulu antara tahun 1975-1980 menjelang Imlek, Saya suka dibawa orangtua untuk belanja kain atau bahan celana di pertokoan Jopankar/kota kembang.
Pasar yang ramai dan sibuk waktu itu. berdesak2an, badan basah penuh keringat, tapi tetap saja senang.
Biasanya pulang pasti mampir ke toko roti Sidodadi hanya utk beli roti kadet lapis mentega gula, dan disanapun banyak orang yg antri beli.
Entah kapan kita bisa seperti itu lagi?, Mungkin jaman itu tak pernah bisa kembali lagi, semua hanya tinggal kenangan.
Saya ingat tukang kain di Jopankar langganan mama saya bernama ko. Cin Tung/ Atung, di los nya yg sempit itu dia selalu memutar kaset lagu2 Elvis Presley...diantaranya lagu "Do in' the best i can."....sweet song ko Atung. (kup17/6/21/purn/bdg)


 The Dynamite

Piala Eropa kembali digelar sesudah satu tahun ditunda karena Covid19, perhelatannya tetap memakai nama EURO 2020, meski pertandingannya di tahun 2021.
Tim favorit saya selalu "The Dynamite" Denmark. Dulu pada piala Eropa 1992 Denmark mendapat tiket ke piala Eropa seperti menang lotere, dimana waktu itu Yugoslavia tidak bisa tampil karena perang saudara, akhirnya negara Denmark yg terpilih.
Sialnya mereka tergabung dalam grup neraka, di grup itu ada "Three Lions" Inggris,
"Les Blues"cPerancis dan Swedia yang merupakan tuan rumah.
Perjuangan yang keras dan terseok2, akhirnya berhasil menjadi runer up di grup neraka tsb. Tetapi perjuangan masih panjang, di semifinal sudah menunggu lawan yang tak kalah sangar, yakni team "Orange" Belanda dengan Total Football nya yang saat itu merupakan taktik bola paling ditakuti lawan. Akhirnya Belanda harus ditaklukan Denmark dengan tragis, bahkan 10 menit pertama pasukan Marco van Basten sdh kebobolan gol, entahlah faktor keberuntungan atau Belanda terlalu memandang rendah Denmark .
Di final lawannya adalah kandidat juara, "The Der Panzer" Jerman, yang waktu itu diperkuat Juergen Klinsman dan Lothar Matheus. Bahkan koran2 di Eropa menjuluki partai ini sebagai pertarungan David vs Goliath.
Tapi kenyataan berkata lain, apa daya Panzer pun harus menangis tatkala disikat tanpa balas 2-0 oleh the Dynamite.
Saya Jadi ingat seorang teman namanya Peng Lie, waktu nonton pertandingan Thomas Cup, pebulutangkis Denmark Morten Frost Hansen kalah dari Liem Swie King.
Usai pertandingan Morten kelihatan terus menggerutu sambil komat kamit bersalaman dengan King dan wasit. lalu si Pengli bilang "nyaho teu wan naon nu di omongkeun si Morten?". Saya jawab "teu", lalu si peng Lie bilang "nepak mah eleh sok maen bal jeung negara aing meuren 10-0 jendol siah", lalu saya jawab "cageur sia teh?".
Dan yang satu ini adalah sportifnya pemain Denmark berhadapan dgn Iran pada tahun 2003. Pemain Iran mengira babak pertama usai, dan pemainnya mengambil bola dari kotak penalty, wasit meniup peluit menghadiahkan penalty bagi Denmark, meskipun sdh kalah 1-0 dan Denmark punya kesempatan utk menyamakan kedudukan, tp bola hanya ditendang pelan keluar gawang oleh pemain Denmark dan bergemuruhlah stadion bertepuk tangan oleh fairplaynya "the dynamite" Denmark. Olah raga bukanlah menang atau kalah......(kup16/6/21/purn/bdg)


 The Ring of Fire

Las Vegas, Nopember 1982. Duel tinju memperebutkan sabuk kelas berat ringan WBA, antara Ray "Boom" Mancini melawan petinju Korsel Kim Duk Koo. Pertarungan berdarah yang rencananya 15 ronde, berakhir 14 ronde dgn kemenangan TKO oleh Ray Mancini.
Jual beli pukulan yang brutal hingga konon kanvas pun penuh dengan darah, yang kemudian terkenal dgn sebutan "the ring of fire". Kim terkapar di ronde ke 14 oleh banyaknya pukulan Ray dibagian wajah dan otak, dia ditandu tak sadarkan diri menuju rumah sakit, Kim bertahan 4 hari di RS dan kemudian meninggal.
Cerita tak berhenti disana , ibu Kim yang bernama Yang Seon Nyeo terpukul sekali akibat kematian anaknya itu sehingga dia bunuh diri mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri di apartemennya.
Belum selesai kepiluan itu, sang wasit Richard Green meledakan kepalanya dengan pistol Baretta, dia merasa bersalah tidak menghentikan pertandingan itu lebih awal.
Ray Mancini pun kemudian depresi dengan kejadian itu, dan kemudian Ray menggantungkan sarung tinjunya, dia berkata " hal terberat dalam hidup saya ketika ada orang mendekati dan bertanya apakah dia petinju yang "membunuh" Kim ?"
Karena tak ingin kejadian seperti itu terulang lagi dalam dunia tinju, pada tahun 1988 asosiasi tinju dunia merubah aturan dari 15 ronde menjadi 12 ronde saja, hal itu utk mempersingkat lamanya pertandingan, sehingga tdk terjadi kelelahan yg sangat dari para petinju.
Ray Mancini yg sekarang menanggung beban berat dalam hidupnya pernah berkata " aku berharap bertemu lagi dgn Kim di akhirat nanti, bukan utk memukulnya, tapi aku akan memeluknya erat erat".
Ray menghabiskan masa tuanya di Ohio USA dgn kepedihan yg dalam, kemudian membuat film kisah tentang dirinya berjudul " The Good Son" dgn soundtrack lagu BeeGees berjudul "Sweet heart" yg manis itu / Kup/ purnama/10/5/22.


 If you like cofee

Kopi tubruk yang panas mendidih, yang saya tumpahkan ke tatakan cangkir, lalu diseruput perlahan-lahan adalah kebiasaan yg sering saya lakukan dulu.
Roda butut penjual kopi itu terletak di perempatan Astana Anyar Pagarsih, sebelah gedung bioskop Siliwangi dulu. terkenal dengan nama kopi mang Adun, dan sekarang semuanya tinggal kenangan, tutup ditelan jaman.
Adakalanya saya rindu hidup seperti itu, antara tahun 1980-1990 dgn berbekal uang 1000 perak saya bisa ngopi sampai larut malam, berbaur dengan tukang2 becak yang lagi ngode nomor Nalo, Porkas, tapi hampir tak pernah menang.
Orang2 dari kalangan bawah datang dan pergi ke tempat itu, ngobrol apa adanya, debat kusir yg gak ada manfaatnya, hanya untuk menghabiskan waktu senggang.
Jaman sudah berubah, tempat2 ngopi dipinggir jalan sulit bertahan hidup, itu karena para tukang2 becak sdh jarang ada, mungkin juga undian nomor Nalo dilarang pemerintah, maka tempat2 ngopi seperti itu jadi sepi, anak muda skr lebih senang nongkrong di cafee yg ber AC dan lebih nyaman.
Kebiasaan saya ngopi dari dulu tidak pernah berhenti, cuma tempatnya saja berbeda, Saya nongkrong di warung kopi purnama ini sejak tahun 2000, sdh 20 tahun lebih tdk terasa, hampir tiap hari saya mampir kemari kecuali hari Minggu, karena di warung kopi ini suasananya tak pernah berubah, dan disini juga kerap di putar lagu2 jaman dulu yg memang saya suka...di antaranya lagu "if you understand" dari George Baker thn 1974.
Kup/20622/pur/pwk.

 My Daughter

Anakku,......ini hanya langkah awal menuju kesuksesan, kamu akan menemukan jalan terjal dan berliku, kamu akan menemukan banyak onak duri, dan kakimu akan terantuk batu.
Anakku,..... Tak selamanya jalan yang kamu lalui itu berat, akan ada jalan rata yang penuh bunga, dimana akan ada pohon dengan buah segar yang dapat kamu petik, serta air jernih yang dapat kamu minum.
dan.......jerih lelah itu akan berganti kebahagiaan.
Kebanggaan orangtua adalah melihat anaknya sukses dan bahagia di kemudian hari, tetapi lebih daripada itu orang tua akan lebih bangga bila melihat anaknya selalu takut akan Tuhan.
( KUP/ir-1/purnama/30/5/23/civilcumlaude )

 Kawan....

Kalau ingin tahu, siapa teman kita sebenarnya?,
Lihatlah siapa yg bersama kamu, saat kamu dibenci orang, saat kamu dimusuhi orang, saat kamu dianggap sesat sama orang.
Itulah teman kamu sebenarnya.
Dan kau bisa menghitung siapa saja teman sejati mu, dan itu tak banyak, dengan satu tangan saja, mungkin jarimu masih tersisa.
(kup ir/tjia 31023Purnama)


 Hector "MACHO" Comacho

Petinju flamboyan yang pernah bersinar dikelas Welter ini memulai debut nya dengan gemilang, tapi karena masa itu banyak bermunculan petinju² sohor macam Oscar"golden boy" de La hoya, Roberto "the hands of stone" Duran, atau Ray "Sugar" Leonard. Maka seolah² namanya tenggelam dengan nama² besar itu.
Kehidupan remajanya yang keras di kawasan Spanis Harlem New York, membuat Hector menjadi orang yg liar dan tukang membuat onar, sampai ia ditemukan bakatnya oleh seorang pelatih Angelo Dundee untuk bertarung di ring saja.
Tidak tanggung² selama karier tinju profesional Hector berhasil mengkanvaskan Oscar De La hoya 2x, dan terlebih lagi dia membuat petinju idaman saya Ray"Sugar"Leonard gantung sarung tinju selamanya setelah frustasi kalah oleh Hector.
Hector " Macho" Comacho adalah legenda tinju yang lahir dari jalanan, kemudian dia memilih kembali kejalanan....dan tetap saya idolakan sebagai orang yg telah membuat dunia tinju menjadi lebih berwarna.
Bayang² liarnya pada masa remaja Hector terus menghantuinya setelah dia pensiun dari tinju, hasil selama berkarier tinju profesional diperkirakan dia mengantongi uang 574miliar, uang sebanyak itu dia habiskna berfoya² selama akhir kariernya, Setelah kekayaannya habis dia kembali lagi kejalanan dan berbisnis obat²an terlarang, bisnis itu juga yang akhirnya membawa dia pada kematian.
14 November 2012 Hector ditembak didalam mobil nya yg sedang parkir di Basement oleh gerombolan mafia, 20 Nopember akhirnya dia meninggal dunia setelah berbagai upaya dilakukan para dokter tidak membuatnya baik.
Seorang musisi buta dari Puerto Rico, yang bernama Jose Feliciano, membawakan lagu "Chesara" dalam mengiringi kepergian Hector "Macho" Comacho ini...lagu ini seakan berbisik pada Comacho..bahwa kehidupan ini adalah misteri ,tidak ada yang tahu akan hari esok...maka apapun yang terjadi....terjadilah.(KUP 2Sept24/BEC/Sl)

Teng

Cantik menawan, terkenal, dan kaya, Itulah Teng Lie Chin atau yg lebih terkenal dgn sebutan Teressa Teng. Mungkin generasi saya ke a...