Rabu, 15 Agustus 2018

Wyatt Earp

Thn 1879 ..Earp bersaudara Virgil, Morgan, Warren, dan Wyatt, mengadu nasib ke kota Tombstone Arizona USA, mereka berharap kehidupan akan lebih baik setelah perang saudara berakhir, Wyatt adalah seorang penegak hukum di Kansas, dia sudah bosan dgn kehidupan keras dan berlumur darah, dia menginginkan suatu kehidupan yg normal. Tiba di Tombstone Earp bersaudara berusaha untuk menjadi warga biasa2, tetapi kehidupan disana sama spt di kota2 Amerika pada umumnya, penuh dgn kekerasan dan tipu muslihat, yg memang pada saat itu Amerika sdg dilanda krisis ekonomi yg parah. Kejahatan, perampokan, pemerkosaan seolah2 sdh menjadi hal biasa. apalagi Tombstone dikuasai oleh segerombolan penjahat destar merah yg kebanyakan org2 Meksiko dgn ketuanya Pat "blackjack" Garret.

Tomsbstone bukan tempat yg ramah, Earp bersaudara harus kembali berlumuran darah mempertahankan tegaknya keadilan dikota itu, harganya terlalu mahal adiknya Morgan meninggal ditembak para gerombolan destar merah, kakaknya Virgil harus diamputasi tangan kanannya..Wyatt marah dengan kebejatan kota itu, bersama teman lamanya Doc Holiday, Wyatt Earp membasmi para gerombolan2 tsb. sehingga terjadi Gunfight at O.K Corral yg terkenal itu.


Akhirnya Tombstone menjadi puing2 peperangan , dan disana Wyatt Earp tdk berhasil menjadi seorang pria baik2, ketika Doc Holiday sakit terkena TBC dan harus dikarantina, Doc bertanya pd Wyatt " Apa yg engkau cari di Tombstone Wyatt ?". Wyatt menjawab "Aku hanya ingin hidup normal Doc,",.. kemudian Doc menimpali " Hidup normal itu tdk akan pernah ada Wyatt, yg ada cuma Hidup saja"

eemmh ….kehidupan dimana2 memang harus berjalan spt itu, manusia memang ditakdirkan untuk hidup tidak sesuai dengan kata hatinya. saya bahkan bertanya spt apa hidup normal itu ? mungkin Doc Holiday benar, sebetulnya tidak ada yang normal dalam hidup ini. (kup ir-1 29/11/2013/purnama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teng

Cantik menawan, terkenal, dan kaya, Itulah Teng Lie Chin atau yg lebih terkenal dgn sebutan Teressa Teng. Mungkin generasi saya ke a...