Dalam roman Sampek Engtay yang terkenal itu, ada kisah dimana Engtay saat itu tidak dapat berbuat apa2 untuk dapat bertemu Sampek, dan akhirnya menitikkan air mata darah.
Engtay telah kehabisan airmata, memendam kerinduan yg amat sangat...sangat dalam, saya berpikir dengan logika yang sederhana, air mata manusia pasti terbatas, kalau sampai setiap hari manusia menangis pasti akan kering, kalau tangisan itu tidak berhenti mungkin juga urat syarafnya akan bereaksi secara tidak normal, dan kemudian air mata akan berganti dengan darah.
Akhir kisah memang tragis keduanya meninggal dunia. Yang saya tidak habis pikir adalah kerinduan semacam apa yang Engtay rasakan,? logika saya tidak bisa mendalami itu, yg jelas kerinduan itu tajam,....duuuh Engtay terbuat dari apakah rindu itu ? (KUP 20/1/2013/ABC)
Engtay telah kehabisan airmata, memendam kerinduan yg amat sangat...sangat dalam, saya berpikir dengan logika yang sederhana, air mata manusia pasti terbatas, kalau sampai setiap hari manusia menangis pasti akan kering, kalau tangisan itu tidak berhenti mungkin juga urat syarafnya akan bereaksi secara tidak normal, dan kemudian air mata akan berganti dengan darah.
Akhir kisah memang tragis keduanya meninggal dunia. Yang saya tidak habis pikir adalah kerinduan semacam apa yang Engtay rasakan,? logika saya tidak bisa mendalami itu, yg jelas kerinduan itu tajam,....duuuh Engtay terbuat dari apakah rindu itu ? (KUP 20/1/2013/ABC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar